1. Tujuan Melakukan
Kunjungan
Tujuan diadakannya kegiatan kunjungan ke museum Geospasial :
1. Untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang gumuk pasir
2. Untuk menambah pengalaman hidup
3. Untuk mempererat tali persaudaraan.
4. Untuk memnuhi nilai tugas mata kuliah IPS I
2. Waktu
Waktu kegiatan kunjungan berlangsung pada hari Sabtu tanggal 14 Desember
2013.
Berangkat dari kampus Universitas PGRI
Yogyakarta pukukl 08.00. sampai di museum pukul 09.00. Kunjungan berakhir pada
pukul 12.00.
3. Tempat yang dikunjungi
Tempat yang dikunjungi saat melakukan
kunjungan yaitu Museum Geospasial yang berada di Dusun Depok, Kretek, Bantul,
Yogyakarta
4.
Peserta
Peserta yang mengikuti kunjungan yaitu mahasiswa program studi PGSD Universitas
PGRI Yogyakarta yang berjumlah 200 orang.
Museum
Geospasial
Museum Geospasial didirikan pada
tanggal 1 September 2000. Laboratorium
Geospasial Pesisir dibangun tahun 2006 oleh Badan Informasi Geospasial (BIG),
bekerjasama dengan Fakultas Geografi UGM dan Pemda Bantul. Tugas utamanya
adalah melakukan riset yang berhubungan dengan segala sesuatu tentang
kepesisiran. Diantaranya tentang gumuk pasir yang membentang luas di pesisir
pantai desa Parangtritis dan merupakan satu fonomena alam yang unik, peta
potensi ikan bagi nelayan dan pembuatan basis data spasial. Laboratorium yang
terletak diatas lahan pasir seluas 2 ha di dusun Depok desa Parangtritis ini,
terdiiri dari 6 unit bangunan utama. 1 unit bangunan untuk kantor, 1 unit yang
berbentuk piramid untuk ruang pertemuan yang juga dapat digunakan untuk
kegiatan penyuluhan, seminar dan diskusi, 1 unit bangunan museum tentang segala
jenis pasir pantai dan bebatuan serta karang laut, 1 unit bangunan yang
menghubungkan bangunan piramid dengan museum yang dikenal dengan lorong
pengetahuan, 1 unit kantin dan 1 unit mess. Tiga bangunan utama
yang ada di sana, mencoba menggambarkan proses terjadinya gumuk pasir itu
sendiri. Bangunan berbentuk piramid menggambarkan gunung merapi yang sering
erupsi dan menghasilkan pasir. Pasir dari gunung merapi tersebut mengalir ke
laut melalui kali Opak, yang digambarkan dengan bangunan lorong pengetahuan.
Sedangkan museum pasir, bebatuan dan karang laut, menggambarkan gumuk pasir
yang ada di Parangtritis. Pasir yang terbawa ke laut dihempas kembali ke tepian
oleh gelombang laut dan setelah kering tertiup oleh angin tenggara yang cukup
kuat sehingga terbentuklah gumuk pasir itu.
Keunikan
alam gumuk pasir yang berada di sebelah barat Pantai Parangtritis D.I
Yogyakarta memang layak untuk dijaga kelestariannya dan sekaligus menjadi
tempat untuk penelitiaan yang berkaitan dengan pesisir pantai, khususnya yang
ada di Indonesia. Kawasan gumuk pasir tersebut diyakini terbentuk dalam waktu
ratusan atau bahkan ribuan tahun yang lalu. Demikian menurut penjelasan Gunadi
Yunianto, salah satu staf Laboratorium Geospasial yang sempat ditemui oleh kru
Tembi beberapa waktu lalu. Masih menurut keterangannya, gumuk pasir di pantai
Parangtritis ini awal mula terjadi dari letusan gunung Merapi yang terjadi
ribuan tahun lalu. Endapan pasir itu terbawa oleh sungai Opak yang melintas di
beberapa wilayah di Yogyakarta hingga ke wilayah Bantul sebelum akhirnya menuju
ke laut Selatan (Samudra Hindia). Sesampainya di laut Selatan, endapan pasir
tersebut terus-menerus diombang-ambingkan ombak. Pada saat itulah, pasir-pasir
lembut terbawa oleh angin dan terhempas
di sekitar pantai dan terbentuknya gumuk pasir.
Itulah
sebabnya proses terjadinya gumuk pasir di pantai Parangtritis Yogyakarta ini
dianggap unik dan tidak dijumpai di tempat lain. Di tempat ini juga ditemukan
beberapa biota laut termasuk berbagai jenis bebatuan pantai. Beberapa tempat
masih dijumpai gumuk pasir yang bersih dari semak belukar, namun di beberapa
tempat lain sudah ditumbuhi semak belukar, seperti rumput liar dan ilalang.
Pada beberapa tempat lain bahkan oleh masyarakat ditanami pohon jambu mete dan
beberapa jenis pohon lainnya. Penanaman pohon mete dan jenis pohon lainnya oleh
penduduk setempat di beberapa titik gumuk pasir dimaksudkan sebagai penghalang
agar debu pasir tidak menutup kawasan pertanian yang berada di sebelah
utaranya.
Laboratorium
Geospasial Pesisir Parangtritis yang mengelola kawasan gumuk pasir dan hasil
riset kawasan pantai di Indonesia, dalam pengelolaannya saat ini dan ke masa
depan, membagi kegiatannya ke dalam empat bidang, yaitu: Unit Penelitian
Pengembangan (Litbang) Teknologi Survei Pemetaan (Surta) Pesisir, Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir, serta Museum dan Eksibisi. Pengelolanya diambilkan dari
ketiga instansi yaitu Bakosurtanal, Pemerintah Kabupaten Bantul, dan Fakultas
Geografi UGM.
Unit
kegiatan Museum dan Eksibisi menempati ruang A. Ruang ini berfungsi untuk
menyimpan dan memamerkan hasil riset yang dilakukan oleh Badan Koordinasi
Survey dan Pemetaan Nasional. Beberapa koleksi dari Fakultas Geografi UGM juga
telah ditempatkan di ruang ini, misalnya jenis bebatuan, pasir, dan herbarium.
Sayangnya, karena
tempat belum ditata rapi, sehingga koleksi-koleksi yang sudah ada hanya
ditempatkan begitu saja.
Seperti
yang telah disebutkan pada edisi sebelumnya, bahwa Laboratorium Geospasial
Pesisir Parangtritis ini mulai berdiri tahun 2002. Hingga saat ini terus
melakukan pembenahan sarana dan prasarana. Berdirinya Lab Geospasial ini
(termasuk di dalamnya Ruang Museum dan Eksibisi) sesuai dengan kerjsama tiga
instansi, yakni Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal
Menristek RI), Universitas Gadjah Mada yang ditangani oleh Fakultas Geografi,
dan Pemda Propinsi DIY (diserahkan ke Pemda Bantul). Bakosurtanal menangani
program, kelengkapan sarana dan prasarana intern. Fakultas Geografi UGM
menangani kegiatan yang berhubungan dengan akademisi (misalnya pendidikan,
pelatihan, museum, pameran), dan Pemda Bantul menangani kelengkapan fasilitas
pendukung, seperti jalan, parkir, listrik, telepon, dan sebagainya.
Kekayaan
kawasan pesisir pantai yang ada di berbagai wilayah di Indonesia pantas untuk
terus dikembangkan demi kemakmuran rakyatnya. Untuk itu kehadiran Laboratorium
Geospasial di Yogyakarta ini diharapkan dapat menjadi lokasi penelitian dan
pengembangan kawasan pesisir pantai. Selain itu tentunya diharapkan
Laboratorium
Geospasial
ini juga dapat dijadikan obyek wisata pendidikan dan tempat rekreasi yang
berbeda dengan tempat-tempat lain, sehingga menambah wawasan masyarakat luas,
khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan geografi.
Banyak cara kita untuk lebih dekat
dengan alam, dan di jogja adalah rajanya, selain wisata alam dari gunung sampai
laut yang bisa anda nikmati dan mendekatkan kita dengan alam, museum- museum
tentang alam pun sangat menarik untuk di kunjungi dan lebih mengenalkan kita
kepada alam, dan ada satu museum yang bisa anda kunjungi dari berbagai museum
yang ada di jogja , yaitu museum gumuk pasir. Museum gumuk pasir terletak di
sebelah barat pantai parangtritis dan parangkusumo, Kabupaten Bantul ,
Yogyakarta. Museum ini bisa anda jadikan tujuan wisata alternative setelah
berkunjung ke pantai parangtritis, di museum ini anda akan mendapatkan
pengetahuan lebih melalui koleksi- koleksinya yang menakjubkan.
Sebagai tempat rekreasi museum gumuk
pasir juga berfungsi sebagai laboratorium yang beguna untuk aktifitas ilmiah
dengan dilengkapi dengan instrument , pustaka tentang geospasial dan ilmu
kebumian. Selain itu anda bisa menemukakn berbagai macam benda koleksi yang
menarik untuk diteliti dan dipelajari, benda mulai dari binatang laut, karang,
bebatuan mineral, foto, maket, hebarium, jenis paeis, laquer feel dan CD
tipologi pantai di Indonesia.
Gumuk
Pasir
Siapa yang mengira bahwa negara
tropis yang subur seperti Indonesia memiliki hamparan gurun pasir seperti di
Timur Tengah ? ya, itulah Gumuk
Pasir yang tepatnya berada di Sepanjang Sungai Opak hingga Pantai
Parangtritis Yogyakarta. Gumuk Pasir (Sand Dune) terjadi karena proses
angin disebut sebagai bentang alam eolean (eolean morphology). Anging
kencang yang terjadi sangat lama, membawa partikel pasir hingga menumpuk
menjadi hamparan yang luas. Fenomena ini sering dijumpai di daerah gurun. Namun
menariknya, hamparan gumuk pasir ini terjadi di Indonesia yang beriklim tropis
serta curah hujan tinggi. Partikel pasir berasal dari material vulkanik Gunung
Merapi yang terbawa arus sungai, hingga ke muara, lalu dihantam ombak Samudra
dalam proses ribuan tahun, terjadilah gurun pasir tersebut.
Gumuk
Pasir disukai peneliti Geologi dari berbagai negara karena sebagai laboratorium
alam yang luas, keberadaannya sangat unik bahwakan satu-satunya di Asia
Tenggara. Mirip seperti yang terjadi di Meksiko.
1. Kesimpulan
Laboratorium
Geospasial merupakan pusat riset kepesisiran yang dikelola oleh Badan Informasi
Geospasial berkerjasama dengan Fakultas Geografi UGM dan Pemkab Bantul. Salah
satu bagian di dalamnya adalah Museum Alam Gumuk Pasir sebagai daya tarik untuk
wisata pendidikan.
Komplek
Laboratorium Geospasial terletak di kawasan gumuk pasir tak jauh dari Pantai
Depok, Desa Parangtritis, Kabupaten Bantul. Bangunan utama berarsitektur
piramid menjadi landmark tempat wisata pendidikan ini.
Bangunan unit
museum menyimpan berbagai macam peralatan pemetaan dan geografi, koleksi
bermacam pasir pantai dan batuan. Dari unit museum untuk menuju bangunan
berbentuk piramid, dihubungkan oleh lorong yang disebut lorong pengetahuan.
Terdapat informasi yang menggambarkan proses terjadinya gumuk pasir di
Parangtritis.