Minggu, 15 Desember 2013

Laporan Kunjungan Wisata




1.  Tujuan Melakukan Kunjungan
Tujuan diadakannya kegiatan kunjungan ke museum Geospasial :
1.      Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang gumuk pasir
2.      Untuk menambah pengalaman hidup
3.      Untuk mempererat tali persaudaraan.
4.      Untuk memnuhi nilai tugas mata kuliah IPS I

2.  Waktu
Waktu kegiatan kunjungan berlangsung pada hari Sabtu tanggal 14 Desember 2013.
Berangkat dari kampus Universitas PGRI Yogyakarta pukukl 08.00. sampai di museum pukul 09.00. Kunjungan berakhir pada pukul 12.00.

3.  Tempat yang dikunjungi
Tempat yang dikunjungi saat melakukan kunjungan yaitu Museum Geospasial yang berada di Dusun Depok, Kretek, Bantul, Yogyakarta
4.      Peserta
Peserta yang mengikuti kunjungan yaitu mahasiswa program studi PGSD Universitas PGRI Yogyakarta yang berjumlah 200 orang.


Museum Geospasial

            Museum Geospasial didirikan pada tanggal 1 September 2000. Laboratorium Geospasial Pesisir dibangun tahun 2006 oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), bekerjasama dengan Fakultas Geografi UGM dan Pemda Bantul. Tugas utamanya adalah melakukan riset yang berhubungan dengan segala sesuatu tentang kepesisiran. Diantaranya tentang gumuk pasir yang membentang luas di pesisir pantai desa Parangtritis dan merupakan satu fonomena alam yang unik, peta potensi ikan bagi nelayan dan pembuatan basis data spasial. Laboratorium yang terletak diatas lahan pasir seluas 2 ha di dusun Depok desa Parangtritis ini, terdiiri dari 6 unit bangunan utama. 1 unit bangunan untuk kantor, 1 unit yang berbentuk piramid untuk ruang pertemuan yang juga dapat digunakan untuk kegiatan penyuluhan, seminar dan diskusi, 1 unit bangunan museum tentang segala jenis pasir pantai dan bebatuan serta karang laut, 1 unit bangunan yang menghubungkan bangunan piramid dengan museum yang dikenal dengan lorong pengetahuan, 1 unit kantin dan 1 unit mess. Tiga bangunan utama yang ada di sana, mencoba menggambarkan proses terjadinya gumuk pasir itu sendiri. Bangunan berbentuk piramid menggambarkan gunung merapi yang sering erupsi dan menghasilkan pasir. Pasir dari gunung merapi tersebut mengalir ke laut melalui kali Opak, yang digambarkan dengan bangunan lorong pengetahuan. Sedangkan museum pasir, bebatuan dan karang laut, menggambarkan gumuk pasir yang ada di Parangtritis. Pasir yang terbawa ke laut dihempas kembali ke tepian oleh gelombang laut dan setelah kering tertiup oleh angin tenggara yang cukup kuat sehingga terbentuklah gumuk pasir itu.
Keunikan alam gumuk pasir yang berada di sebelah barat Pantai Parangtritis D.I Yogyakarta memang layak untuk dijaga kelestariannya dan sekaligus menjadi tempat untuk penelitiaan yang berkaitan dengan pesisir pantai, khususnya yang ada di Indonesia. Kawasan gumuk pasir tersebut diyakini terbentuk dalam waktu ratusan atau bahkan ribuan tahun yang lalu. Demikian menurut penjelasan Gunadi Yunianto, salah satu staf Laboratorium Geospasial yang sempat ditemui oleh kru Tembi beberapa waktu lalu. Masih menurut keterangannya, gumuk pasir di pantai Parangtritis ini awal mula terjadi dari letusan gunung Merapi yang terjadi ribuan tahun lalu. Endapan pasir itu terbawa oleh sungai Opak yang melintas di beberapa wilayah di Yogyakarta hingga ke wilayah Bantul sebelum akhirnya menuju ke laut Selatan (Samudra Hindia). Sesampainya di laut Selatan, endapan pasir tersebut terus-menerus diombang-ambingkan ombak. Pada saat itulah, pasir-pasir lembut terbawa oleh angin dan http://www.tembi.org/museum-prev/images/gumuk_pasir2/2.jpgterhempas di sekitar pantai dan terbentuknya gumuk pasir.
Itulah sebabnya proses terjadinya gumuk pasir di pantai Parangtritis Yogyakarta ini dianggap unik dan tidak dijumpai di tempat lain. Di tempat ini juga ditemukan beberapa biota laut termasuk berbagai jenis bebatuan pantai. Beberapa tempat masih dijumpai gumuk pasir yang bersih dari semak belukar, namun di beberapa tempat lain sudah ditumbuhi semak belukar, seperti rumput liar dan ilalang. Pada beberapa tempat lain bahkan oleh masyarakat ditanami pohon jambu mete dan beberapa jenis pohon lainnya. Penanaman pohon mete dan jenis pohon lainnya oleh penduduk setempat di beberapa titik gumuk pasir dimaksudkan sebagai penghalang agar debu pasir tidak menutup kawasan pertanian yang berada di sebelah utaranya.
Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis yang mengelola kawasan gumuk pasir dan hasil riset kawasan pantai di Indonesia, dalam pengelolaannya saat ini dan ke masa depan, membagi kegiatannya ke dalam empat bidang, yaitu: Unit Penelitian Pengembangan (Litbang) Teknologi Survei Pemetaan (Surta) Pesisir, Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, serta Museum dan Eksibisi. Pengelolanya diambilkan dari ketiga instansi yaitu Bakosurtanal, Pemerintah Kabupaten Bantul, dan Fakultas Geografi UGM.
Unit kegiatan Museum dan Eksibisi menempati ruang A. Ruang ini berfungsi untuk menyimpan dan memamerkan hasil riset yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional. Beberapa koleksi dari Fakultas Geografi UGM juga telah ditempatkan di ruang ini, misalnya jenis bebatuan, pasir, dan herbarium. Sayangnya, http://www.tembi.org/museum-prev/images/gumuk_pasir2/3.jpgkarena tempat belum ditata rapi, sehingga koleksi-koleksi yang sudah ada hanya ditempatkan begitu saja.
Seperti yang telah disebutkan pada edisi sebelumnya, bahwa Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis ini mulai berdiri tahun 2002. Hingga saat ini terus melakukan pembenahan sarana dan prasarana. Berdirinya Lab Geospasial ini (termasuk di dalamnya Ruang Museum dan Eksibisi) sesuai dengan kerjsama tiga instansi, yakni Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal Menristek RI), Universitas Gadjah Mada yang ditangani oleh Fakultas Geografi, dan Pemda Propinsi DIY (diserahkan ke Pemda Bantul). Bakosurtanal menangani program, kelengkapan sarana dan prasarana intern. Fakultas Geografi UGM menangani kegiatan yang berhubungan dengan akademisi (misalnya pendidikan, pelatihan, museum, pameran), dan Pemda Bantul menangani kelengkapan fasilitas pendukung, seperti jalan, parkir, listrik, telepon, dan sebagainya.
http://www.tembi.org/museum-prev/images/gumuk_pasir2/4.jpgKekayaan kawasan pesisir pantai yang ada di berbagai wilayah di Indonesia pantas untuk terus dikembangkan demi kemakmuran rakyatnya. Untuk itu kehadiran Laboratorium Geospasial di Yogyakarta ini diharapkan dapat menjadi lokasi penelitian dan pengembangan kawasan pesisir pantai. Selain itu tentunya diharapkan Laboratorium
Geospasial ini juga dapat dijadikan obyek wisata pendidikan dan tempat rekreasi yang berbeda dengan tempat-tempat lain, sehingga menambah wawasan masyarakat luas, khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan geografi.


http://yogyakarta.panduanwisata.com/files/2012/07/gumuk2-300x198.jpg
Banyak cara kita untuk lebih dekat dengan alam, dan di jogja adalah rajanya, selain wisata alam dari gunung sampai laut yang bisa anda nikmati dan mendekatkan kita dengan alam, museum- museum tentang alam pun sangat menarik untuk di kunjungi dan lebih mengenalkan kita kepada alam, dan ada satu museum yang bisa anda kunjungi dari berbagai museum yang ada di jogja , yaitu museum gumuk pasir. Museum gumuk pasir terletak di sebelah barat pantai parangtritis dan parangkusumo, Kabupaten Bantul , Yogyakarta. Museum ini bisa anda jadikan tujuan wisata alternative setelah berkunjung ke pantai parangtritis, di museum ini anda akan mendapatkan pengetahuan lebih melalui koleksi- koleksinya yang menakjubkan.
Sebagai tempat rekreasi museum gumuk pasir juga berfungsi sebagai laboratorium yang beguna untuk aktifitas ilmiah dengan dilengkapi dengan instrument , pustaka  tentang geospasial dan ilmu kebumian. Selain itu anda bisa menemukakn berbagai macam benda koleksi yang menarik untuk diteliti dan dipelajari, benda mulai dari binatang laut, karang, bebatuan mineral, foto, maket, hebarium, jenis paeis, laquer feel dan CD tipologi pantai di Indonesia.





Gumuk Pasir
Siapa yang mengira bahwa negara tropis yang subur seperti Indonesia memiliki hamparan gurun pasir seperti di Timur Tengah ? ya, itulah Gumuk Pasir yang tepatnya berada di Sepanjang Sungai Opak hingga Pantai Parangtritis Yogyakarta. Gumuk Pasir (Sand Dune) terjadi karena proses angin disebut sebagai bentang alam eolean (eolean morphology). Anging kencang yang terjadi sangat lama, membawa partikel pasir hingga menumpuk menjadi hamparan yang luas. Fenomena ini sering dijumpai di daerah gurun. Namun menariknya, hamparan gumuk pasir ini terjadi di Indonesia yang beriklim tropis serta curah hujan tinggi. Partikel pasir berasal dari material vulkanik Gunung Merapi yang terbawa arus sungai, hingga ke muara, lalu dihantam ombak Samudra dalam proses ribuan tahun, terjadilah gurun pasir tersebut.
gumuk pasir Gumuk Pasir disukai peneliti Geologi dari berbagai negara karena sebagai laboratorium alam yang luas, keberadaannya sangat unik bahwakan satu-satunya di Asia Tenggara. Mirip seperti yang terjadi di Meksiko.

1.      Kesimpulan
Laboratorium Geospasial merupakan pusat riset kepesisiran yang dikelola oleh Badan Informasi Geospasial berkerjasama dengan Fakultas Geografi UGM dan Pemkab Bantul. Salah satu bagian di dalamnya adalah Museum Alam Gumuk Pasir sebagai daya tarik untuk wisata pendidikan.
Komplek Laboratorium Geospasial terletak di kawasan gumuk pasir tak jauh dari Pantai Depok, Desa Parangtritis, Kabupaten Bantul. Bangunan utama berarsitektur piramid menjadi landmark tempat wisata pendidikan ini.
Bangunan unit museum menyimpan berbagai macam peralatan pemetaan dan geografi, koleksi bermacam pasir pantai dan batuan. Dari unit museum untuk menuju bangunan berbentuk piramid, dihubungkan oleh lorong yang disebut lorong pengetahuan. Terdapat informasi yang menggambarkan proses terjadinya gumuk pasir di Parangtritis.


Kamis, 24 Oktober 2013

PENDEKATAN, METODE, MODEL, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN MENYIMAK

A.    PENDEKATAN
Pendekatan adalah suatiu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai pengajaran suatu bidang studi yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan kepada asumsi yang berkaitan.
1.   Pendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran bahasa pada tujuan pengajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi (Syafi’ie, 1993: 17, Hymes dalam Brumfit, 1987: 2, dan Djiwandono, 1996: 13). Pendekatan komunikatif memfokuskan pada keterampilan siswa mengimplementasikan fungsi bahasa (untuk berkomunikasi) dalam pembelajaran.
2.   Pendekatan Integratif
Pembelajaran bahasa harus dilakukan secara utuh. Para siswa dituntut untuk terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut harus dilakukan secara terpadu dalam satu proses pembelajaran dengan fokus satu keterampilan.
3.   Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
Pendekatan cara belajar siswa aktif diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa. Artinya, siswa secara aktif terlibat dalam proses pengajaran.
4.   Pendekatan Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan suatu metode yang mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.  Siswa bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas.
5.   Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan terlebih dahulu ialah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai.
6.   Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus diutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting, jelas, bahwa aspek kognitif bahasa diutamakan. Dengan pendekatan struktural siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
7.   Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini mempunyai konsep, guru menggunakan objek di sekitar siswa sebagai media pembelajaran di kelas.
B.     METODE
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
1.   Metode LangsungTop of Form
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Di dalam metode langsung terdapat 5 fase yaitu demonstrasi, pembimbingan,pengecekan, dan pelatihan.
2.   Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Metode komunikatif berarti bahwa pembelajaran menyimak harus berorientasi pada fungsi utama bahasa, yaitu sebagai alat komunikasi.
3.   Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberap aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis.
4.   Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual. Tema yang telah ditentukan harus diolah sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
5.   Metode Konstruktivitas
Asumsi sentral metode konstruktivitas adalah belajar itu menemukan. Artinya, meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu agar informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka. Metode konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar).
6.   Metode Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari. Adapun metode ini dapat diterapkan dalam salah satu pembelajaran menulis deskripsi. Siswa dapat belajar dalam situasi dunia nyata.
C. MODEL
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. (Soekamto dan Winaputra 1997:78-79)
1.  Student Teams - Achievment Divisions (STAD)
Tim siswa kelompok prestasi (Slavin 1995)
Langkah-langkah:
a.    Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin)
b.   Guru menyajikan pelajaran
c.    Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d.   Guru memberikan kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab tidak boleh saling membantu
e.    Memberi evaluasi
f.    Kesimpulan
3.      Problem Based introduction (Pembelajaran berdasarkan Masalah )
Langkah-langkah
a.    Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b.    Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut..(menetapkan topik,tugas,jadwal)
c.    Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d.   Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
e.    Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
4.      Demonstration
Langkah-langkah:
a.  Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b.Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
c.  Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
d.                   Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan
e. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya
f. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa
didemonstrasikan.
g.Guru membuat kesimpulan
5.      Word Square
Media: Soal dalam bentuk teka-teki
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
b.Guru membagi lembaran kegiatan sesuai contoh
c. Siswa menjawab soal (mengisi kotak-kotak tersebut dengan huruf-huruf sesuai pertanyaan )
d.                  Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
6.      Complete Sentence
Media: Siapkan blanko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
Langkah – langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b.Guru menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau model dengan waktu secukupnya
c. Guru membentuk kelompok 2 atau 4 orang secara heterogen
d.                  Guru membagikan lembar kerja berupa pargraf yang kalimatnya belum lengkap
e. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
f. Siswa berdiskusi secara kelompok
g.Setelah jawaban didiskusikan,jawaban yangsalah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti
h.Kesimpulan
7.      Artikulasi
Langkah – langkah
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikn materi sebagaimana biasa
c. Untuk mengetahui daya serap siswa,dibentuk kelompok berpasangan dua
d. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannyamendengar sambil membuat catatan kecil kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
e. Menugaskan siswa secara bergiliran/ diacak menyampaikan hasil wawancara dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
f. Guru mengulang/ menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
g. Kesimpulan/ penutup
D. TEKNIK
Teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Teknik pembelajaran juga dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
1.      Simak – Ucap
Teknik ucapan-ucapan yang akan diperdengarkan dipersiapkan secara cermat. Isi model ucapan dapat berupa fonem, kata, kata berimbuhan, semboyan, dan puisi pendek. Model tersebut dapat dibacakan oleh guru atau berupa rekaman suara guru atau suara orang lain. Model ini disimak dan ditiru siswa.
2.      Simak - Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas perintah guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
3.      Simak - Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Kemudian siswa diminta menerka nama benda itu.
4.      Simak - Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.