Minggu, 25 November 2012

Realita Kehidupan Sosial

Jurang kesenjangan di negeri ini memang masih begitu tajam. Suatu ketika saya jalan-jalan di kawasan pinggiran (kawasan kumuh) padat penduduk di Jakarta. Di sana banyak hal dan fenomena sosial yang berhasil saya amati serta rekam melalui mata kepala saya sendiri. Dan pada akhirnya saya berkesimpulan bahwa masih nampak jurang kesenjangan yang begitu tajam di sana. Bayangkan saja, di sisi lain berdiri bangunan-bangunan megah seperti mall, pusat perbelanjaan, pusat hiburan dan hotel-hotel berbintang. Namun di sudut lain tidak jauh dari bangunan-bangunan nan megah itu ada sejuta kisah lara yang terpancar dari bangunan-bangunan kumuh di pinggiran rel ataupun kali.

Ini kenyataan kawan, bukan sekedar kisah telenovela ataupun acara reality show. Saya melihat sendiri, beberapa anak kecil sedang bermain di tengah-tengah rel lintasan kereta api yang masih aktif. Anak kecil yang lainnya nampak sedang memulung sampah dan mengais sisa-sisa makanan. Ada pula yang menenteng gitar sambil ngamen demi sekeping uang recehan. Mana mungkin mereka sempat terpikirkan untuk sekolah? Kalau untuk sekedar makan saja masih harus berjuang sendiri mencarinya di tengah kerasnya ibu kota. Sungguh ironis memang. Itulah salah satu wajah kesenjangan sosial di negeri ini yang berhasil saya potret menurut pengalaman dan persepsi saya pribadi. Belum lagi jika dibandingkan dengan kesenjangan sosial di kepulauan Indonesia lainnya. Seperti Papua, Nusa Tenggara, dst.

Menurut saya masalah kesenjangan sosial adalah salah satu akar permasalan terjadinya kekerasan, kesalahpahaman dan kericuhan di negeri ini. Ketika dalam sebuah masyarakat nampak terjadi kesenjangan sosial yang begitu tajam, maka biasanya akan semakin besar pula masyarakat tersebut berisiko. Hal ini karena adanya rasa saling iri dan ketidakpuasan pada masyarakat yang merasa dirugikan, dimarjinalkan, ataupun merasa tertindas dan diperbudak. Oleh karena itu sudah selayaknya diwujudkan kesetaraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Coba kita perhatikan, masyarakat manapun pasti lebih menyukai seorang pemimpin yang merakyat, bersahaja, dan friendly. Artinya pemimpin tersebut memposisikan dirinya sama setara dengan rakyatnya. Tidak ada yang namanya istilah atasan-bawahan, rakyat jelata, golongan orang elit, dst. Semuanya mesti diposisikan sama setara, kecuali dalam batasan kewenangan politik sesuai konstitusi yang ada. Untuk selebihnya, mestinya seorang pemimpin harus mampu memposisikan dirinya sebagai sahabat bagi rakyat yang “sama setara”. Jadi tidak akan ada rasa canggung ketika rakyat ingin menyampaikan uneg-unek ataupun aspirasi.

Menurut pandangan saya, sulitnya mewujudkan kedamaian di negeri ini juga karena belum terwujudnya kesetaraan yang berkeadilan sosial. Misalkan saja saya ambilkan contoh beberapa wilayah di tanah air yang rawan bentrok. Pada umumnya ternyata di sana juga masih terjadi kesenjangan sosial. Kesetaraan yang berkeadilan sosial menurut saya adalah salah satu strategi jitu dan kunci untuk mewujudkan kedamaian/perdamaian. Saran saya, bagi para pemimpin; mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi hingga bahkan pusat, sebaiknya bersama-sama merumuskan kebijakan-kebijakan strategis dan langkah-langkah teknis untuk mewujudkan kesetaraan tersebut.

Salah satu diantaranya menurut saya yaitu perlu dibangun kesadaran kolektif seluruh komponen masyarakat untuk saling peduli. Bersama-sama mewujudkan kesetaraan yang berkeadilan sosial. Misalkan saja bagi setiap konglomerat, PNS ataupun pengusaha di masing-masing daerah wajib menyisihkan sekian persen dari penghasilan atau kekayaannya untuk kaum fakir miskin di wilayahnya. Seorang pengusaha, konglomerat atau PNS (dan sejenis lainnya) semestinya merasa malu manakala masih banyak tetangga sekitarnya yang berkekurangan/miskin, sementara ia tidak membantu apa-apa. Mungkin untuk saat ini pendapat saya ini bisa dianggap gila atau terserah Anda yang menilainya. Namun semoga saja suatu saat nanti kesetaraan yang berkeadilan sosial tersebut benar-benar bisa segera terwujukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar